Minggu, 16 Januari 2011

CeRpeN ^MimPi yg TerTuNda^

Minggu  ini Tira sibuk Latihan Voly karena minggu depan ada Voley Competition antar SMA se-Jakarta Timur. Setiap pulang sekolah Danar selalu setia menunggu Tira Latihan voly di pinggir lapangan. Tapi itu bukan alasan utamanya, sebenarnya ia ingin melihat Haris, Kapten Tim Voly Putra yang menjadi pujaan hatinya .
          “Dan, mata lw nggak juling apa? Dari tadi tuch lw nggak ngedip liat Haris.” Tira heran karena dari tadi mata Danar tak lepas dari Haris. Danar tidak menghiraukanku, matanya masih tetap saja tertuju kepada Haris. Karena kesal dikacangin, Tira membereskan tasnya untuk bersiap – siap pulang.
          “Ra, udah selesai latihannya? Kok cepat banget sich?” Danar baru saja tersadar dari lamunannya.
          Tira tak mempedulikan Danar, ia pura – pura sibuk membereskan isi tasnya.
          “Ra, lw kenapa sich? Kesambet lw yach?” Danar tidak merasa bersalah sedikitpun.
          “Lw tuch yang kesambet setan gunung. Dari tadi lw tuch ngacangin gw.” Jawab Tira sewot. “Ya udah ayo pulang, dikit lagi Maghrib.”
          Haris menghampiri mereka berdua, “Kenapa, Ra kok belum pulang? Dari tadi gw liatin lw berdua berantem kaya anjing sama kucing tau.”
          “Tau tuch Danar dari tadi disuruh pulang eh malah ngliatin … awwww” Lengan Tira dicubit oleh Danar. “Apaan sich lw, Dan? Sakit tau!” Tira mengusap-ngusap lengannya.
          “Ya udah yach, Ris kita pulang dulu. Entar Tira dicariin majikannya lagi.” Danar menarik lengan Tira dengan paksa.
          “Daripada lw. Dicariin sama anak dan suami lw.” Ujar Tira nggak mau kalah.
          Haris hanya tersenyum melihat mereka berdua karena kelakuan mereka kaya anak kecil. “Kalian berdua tuch lucu banget sich? Ya udah, daripada kalian berantem mendingan kita pulang. Mau sekalian nggak bareng sama gw?” Haris menawarkan tebengan mobil.
          Si Danar langsung mengangguk kegirangan.
          “Emang lw, Dan yang ditawarin? Orang gw juga yang ditawarin?” Ledek Tira, Tira tau pasti Danar senang banget karena bisa dekat dengan Haris.
          “Jahat banget sich lw, Ra.” Ujar Haris.
          “Iya tuch si Tira  emang teman yang tidak berprikemanusiaan dan berprikeadilan.” Danar senang karena ia dibela oleh Haris. “Ya udin yuk, Ris. Dikit lagi Mau maghrib neh.”
          “Lw nggak pulang, Ra?’’ Tanya Haris.
          “Gw mau shalat maghrib di sini aja dulu deh. Ya udah kalian duluan aja. Hati – hati yach, Ris teman gw belum jinak tuch!”  Tira mencari alasan agar Danar bisa berduaan dengan Haris.
          Danar tersenyum ke arah Tira seakan mengucapkan terima kasih karena diberi kesempatan berdua dengan Haris . Mereka berdua meninggalkan Tira, Tira menuju ke mushalla untuk bersiap – siap menunaikan shalat maghrib.
          Setelah selesai shalat maghrib, Tira baru saja teringat kalau ia harus mengambil bukunya yang tertinggal di kelas. Tapi Tira ragu untuk mengambilnya karena jam sudah menunjukan pukul 18.30.
          Akhirnya ia memberanikan diri untuk ke kelasnya di lantai tiga karena besok ada ulangan. Sesampainya di kelas, Tira langsung mengambil bukunya di laci mejanya. Ia langsung lari meninggalkan kelasnya tetapi langkahnya terhenti karena di pojok sana pintu perpustakaan agak terbuka dan lampu perpustakaan menyala. Apa ada orang di dalam sana? Tira memberanikan diri untuk melihat ke dalam perpustakaan.
          Ternyata benar di dalam perpustakaan masih ada seorang siswa yang masih mengenakan seragam sedang sibuk mencari – cari sesuatu di rak buku. Tira menghampirinya dan menepuk bahunya.
          Dia menengok ke arah Tira, wajahnya pucat sekali. Apa dia sedang sakit?
          “Sory, ada yang bisa gw bantu?” Tira menawarkan bantuan.
          “Gw lagi cari buku bentuknya kliping dan isinya itu kumpulan cerpen. Cover plastiknya warna biru, namanya Adelia.” Ia menjawab dengan sedetail – detailnya.
          “Ohh, iya udah gw bantuin cari.” Tira mulai mencari – cari buku yang dia maksud. “Oh iya nama lw siapa? Kok gw nggak pernah liat lw yach?Lw anak Palapa kan?”
          “Gw Ardi.” Jawabnya singkat tanpa menengok ke arah Tira.
          “Ardi… kayanya gw familiar dech sama nama itu.” Tira mencoba mengingat – ngingat sesuatu karena dia begitu familiar dengan nama itu. Tira memutar – mutar otaknya.
          “Lw tuch kebanyakan ngomong yach? Lw niat nggak sich bantuin gw?”
          Tira langsung melanjutkan mencari buku yang Ardi maksud. “Gila nech cowok jutek banget. Tau gitu gw malas bantuin lw.” Batin Tira.
          Setelah lama mencari buku itu di semua rak buku, akhirnya Tira menemukan buku yang Ardi maksud. Tira menemukan buku itu di rak buku bagian Sejarah. Buku itu terselip di antara Buku Sejarah Perang Dunia I & II yang tebalnya sudah membuat kita enggan untuk membacanya.
          Tira menyerahkan buku itu ke Ardi, Ardi hanya membolak – balik buku itu untuk memastikan kalau buku itu masih dalam keadaan baik.
          “Thankz yach?” Ujar Ardi dengan nada datar.
          “OMG.” Tira baru saja tersadar kalau hari sudah malam. Ia mengambil Hp-nya di saku bajunya untuk melihat jam. Ternyata sudah pukul 21.15.
          “Ra, gw boleh minta tolong sama lw? Tolong kasih buku ini ke Adelia, bilang sama dia gw minta maaf karena gw nggak sempet untuk mewujudkan mimpi dia.” Ardi memandang Tira dengan penuh harap.
          “Ya udah yuk pulang?” Ardi menggandeng tangan Tira, tangan Ardi dingin sekali sampai membuat bulu kuduk Tira berdiri.
          “Nggak mungkin.” Pintu perpustakaan ternyata sudah terkunci. Tira mulai cemas, ia nggak mau menginap di Perpustakaan dngan cowok yang baru ia kenal tadi. Ringtone Hp Tira berbunyi, sms dari Haris.


From : Haris
U Gi ngapz?gi bLjr yacH?W ggu g?

          Dengan cepat Tira langsung membalas sms dari Haris.

To : Haris
Ris, tLongin W,W kekunci d’Perpus ma Ardi.W tkut bed neh.Plis lw k’sni!

          Tak lama ringtone Hp Tira berbunyi, telepon dari Haris.
          “Halo,Ra. Lw nggak apa – apa kan?”
          “Ris, gw kekunci di perpus. Ceritanya panjang.”
          “Ya udah gw ke skul sekarang. Lw sama  siapa di situ? Gw pengen ngomong sama dia.”
          Tira mengamati di sekeliling ruangan tapi ia tidak melihat Ardi. “Ris, lw cepet dech ke sini. Tadi tuch di sini ada Ardi tapi sekarang Ardi nggak ada. Gw nggak tau dia ke mana. Nggak mungkin.” Tira baru saja teringat kalau ternyata Ardi itu yang selalu diceritakan oleh siswa – siswi SMU Palapa tentang kisah cintanya yang tragis.
          “Lw jangan takut. Tunggu gw  di sana.” Haris menutup teleponnya.
          Tira langsung shock, ia mendekap buku cerpen dan Hp-nya dengan erat. Tiba – tiba kepala Tira pusing dan ia sudah tidak sadarkan diri lagi.

***

          Dua tahun yang lalu peristiwa itu terjadi. Ardi sudah dua tahun menjalin hubungan dengan Adelia. Tepat dua minggu sebelum ulang tahun Adelia yang ke-17, Ardi ingin memberikan surprise ke Adelia. Ia ingin sekali menerbitkan kumpulan cerpen yang ditulis oleh Adelia. Sepulang sekolah, Ardi pun bermaksud ingin ke tempat Omnya yang bekerja di Penerbitan. Di tengah jalan, Ardi baru saja teringat kalau cerpen itu tertinngal di Perpustakaan, waktu istirahat Ardi memang sedang membaca cerpen itu di perpustakaan. Karena bel masuk kelas berbunyi, Ardi terburu – buru sampai ia lupa membawa cerpen itu.
          Sepulang sekolah ia bermaksud untuk mengambil cerpen itu ke Perpus tapi ia lupa. Mungkin ia terlalu semangat ke tempat Om-nya, Ia sudah tak sabar melihat Adelia bahagia karena mimpinya terwujudkan.
          Ardi pun berputar arah untuk kembali ke sekolah. Tapi naas motornya menabrak pembatas jalan dan ia terluka parah. Saat ia dibawa ke rumah sakit, nyawanya sudah tidak tertolong  lagi.
          Hari ini Tira, Haris dan Danar bermaksud  ingin pergi ke rumah Adelia untuk mengembalikan cerpen yang dititipkan oleh Ardi. Haris sudah mencari tau di mana alamat rumah Adelia dan nomor telepon rumahnya lewat Tata Usaha Sekolah.
          Sesampai di rumah Adelia, mereka bertiga disambut dengan ramah oleh Adelia. Adelia mempersilahkan mereka duduk.
          “Mau minum apa neh kalian?”
          “Apa aja,Kak yang penting bisa melegakan tenggorokan.” Jawab Danar.
          “Ohh, tunggu sebentar yach?”
          “Maaf yach,Kak ngrepotin.” Ujar Tira.
          “Nggak apa-apa kok.” Adelia menuju ke dapur. Tak lama ia membawakan minuman dan makanan kecil.
          “Silahkan dicicipin?” Tawar Adelia.
          “Makasih,kak?” Jawab Haris.
          “Oiia, katanya kalian mau membicarakan sesuatu. Apa sich?” Tanya Adelia penasaran.
          “Maaf yach, Kak  sebelumnya. Saya nggak bermaksud untuk ngungkit masa lalu kakak.” Tira bingung harus memulai cerita dari mana. “Ini,Kak?” Tira menyerahkan buku itu kepada Adelia.
          Raut wajah Adelia berubah menjadi sedih, sepertinya ia teringat kembali tentang masa lalunya dan tentang kisah cintanya.  “Nggak apa kok. Tira bener liat Ardi?” Tanya Adel, ia masih belum percaya dengan cerita dari Haris.
          Tira hanya mengangguk kecil. ”Kak Ardi minta maaf karena nggak sempet mewujudkan mimpi Kak Adel.”
          “Mimpi itu udah nggak penting lagi sekarang karena mimpi itu udah buat orang yang paling kakak sayang pergi untuk selama – lamanya dan sampai sekarang kakak belum bisa menerima itu semuanya.” Air mata Adelia jatuh di kedua pipinya.
          Tira mencoba menenangkan Adelia. “Mungkin di balik ini semua ini Tuhan punya  rencana lain buat kakak. Kakak harus relakan Kak Ardi pergi, hanya dengan begitu Kak Ardi bisa pergi dengan tenang. Kakak jangan nangis lagi yach? Kakak nggak pengen kan liat Kak Ardi sedih di sana?”
          “Makasih yach, Ra?” Adelia menghapus air matanya, ia mencoba untuk tersenyum.
          “Gitu dong, Kak senyum. Senyum kakak tuch menyerahkan dunia. Hehehe. Kak, Tira boleh nggak pinjam cerpennya soalnya kemarin Tira belum selesai bacanya.”
          “Ya udah , kakak punya salinannya kok.”
          “Thankz yach, kak. Kita pulang dulu yach yach,Kak abis udah sore?” Merka bertiga pamit untuk pulang. Tira sudah tidak sabar untuk menjalankan rencananya.
          “Kenapa lw, Ra senyum – senyum? Kesambet lw yach?” Tanya Danar, ia aneh melihat Tira dari tadi senyum – senyum sendiri
          “Ada dech, ini rahasia perusahaan.”
          “Dasar lw cewek nggak jelas.”
          “Biarin hwek. Daripada lw cewek nggak waras.”
          “Kurang ajar lw yach, Ra.” Danar bermaksud ingin menjitak kepala Tira tapi Tira sudah lari dan Danar pun mencoba mengejarnya.
          Haris hanya tersenyum melihat ulah mereka yang seperti Tom and Jerry.

***
       
          Akhirnya Tira bisa juga mewujudkan permintaan Rendi dan mimpi Adelia. Novel yang berisi kumpulan cerpen – cerpen sudah banyak terpajang di etalase - etalase toko buku. Baru dua minggu Novel itu di pasaran, ternyata sudah lebih dari 1.000 eksemplar yang terjual. Tira bisa melihat lagi senyum Adelia yang sempat hilang dari hidupnya setelah ditinggal Ardi. Kini Adelia kembali bersemangat melanjutkan mimpinya sebagai seorang cerpenis dan novelis.
          Karena kesuksesan  di Novel Perdananya, Penerbit pun meminta Adelia untuk menulis sebuah novel lagi. Adelia pun siap menandatangani kontrak dengan pihak penerbit. Ia berencana untuk menulis kisah cintanya dengan Rendi sebagai bukti kalau Ardi masih tetap ada di hati Adelia sampai kapan pun. Ia pun yakin kalau ceritanya dibuat dari kisah nyata, ceritanya mungkin akan lebih hidup dan bermakna.
          Sebagai tanda terima kasihnya , Adelia akan mengajak Tira, Danar dan Haris ke Bali untuk liburan akhir semester. Mereka bertiga sudah tidah sabar menunggu liburan akhir semester, semoga bisa menjadi liburan yang paling menyenangkan. Ternyata benar, di balik semua ini ada rencana Tuhan yang paling indah untuk Adelia yaitu mewujudkan mimpi Adelia yang sempat tertunda.
          “Kak Ardi, kakak udah nggak perlu khawatir lagi karena di sini aku bertiga akan ngejaga Kak Adelia. Semoga Kakak tenang di alam sana dan dapat tempat yang terbaik disisi-Nya. Amin ” Akhirnya Tira pun bisa meninggalkan pemakaman Ardi dengan hati tenang.
  
***
           





Tidak ada komentar:

Posting Komentar